Langsung ke konten utama

SKALA PENGUKURAN PENELITIAN



SKALA PENGUKURAN PENELITIAN



Pengukuran penelitian merupakan proses yang dilakukan seorang peneliti untuk menguji hipotesis dan teori. Seorang peneliti menyimpulkan berdasarkan hipotesis bahwa kondisi tertentu harus ada dalam dunia nyata dan kemudian mereka melakukan pengukuran untuk konidisi kondisi nyata tersebut.

Dalam pengertian yang lebih sederhana, pengukuran diartikan sebagai suatu prosedur untuk mengklasifikasikan kasus (subyek riset, unit eksperimen, responden, atau secara umum obyek-obyek seperti orang, perusahaan, benda, dan sebagainya) ke dalam kategori- kategori dalam suatu variabel tertentu. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa variabel sangat erat kaitannya dengan pengertian pengukuran. Variebel adalah setiap karakteristik yang dapat diklasifikasikan ke dalam sekurang-kurangnya dua klasifikasi. Konsep yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan sebagai objek atau sebagai properti. Objek selain meliputi suatu benda yang nyata, misalnya tulisan, manusia, atau mobil, juga bisa mencakup sesuatu yang abstrak, seperti atom atau ketinggian suatu tempat. Sedangkan properti adalah karateristik dari objek, misalnya sifat fisik manusia bisa dinyatakan dengan berat atau tinggi badan, sifat psikologis seperti sikap atau kecerdasasan, serta sifat sosial yang mencakup kepemimpinan atau status. Karakteristik- karakteristik itulah yang merupakan objek pengukuran dalam penelitian.

Setiap objek mempunyai ciri yang membedakan objek tersebut dari objek yang lain. Dalam penelitian, ciri yang kita teliti (diperiksa, diamati, diukur, atau dihitung) tersebut disebut karakteristik, sedangkan objek yang karakteristiknya kita teliti disebut satuan pengamatan.

Seorang peneliti menggunakan beberapa bentuk skala dalam melakukan proses pengukuran. Setiap skala tersebut didasarkan sekumpulan asumsi (aturan-aturan) mengenai hubungan antara skala tersebut dengan observasi nyatanya. Konseptualisasi skala tersebut didasarkan pada tiga karakteristik sebagai berikut:1. Urutan bilangan, 2. Urutan perbedaan antara bilangan, yaitu perbedaan antara sepasang bilangan bisa lebih besar, lebih kecil atau sama besar dengan perbedaan sepasang bilangan lainnya; dan

3. Titik awal yang unik yang menunjukkan bilangan 0.

Kombinasi ketiga karakteristik tersebut yang mencakup urutan, perbedaan, dan titik awal, membentuk 4 klasifikasi skala pengukuran sebagai berikut:

No.
Type Skala
Karakteristik Skala
Operasi Empiris Dasar
1
Nominal
tidak ada urutan, atau
titik awal
Penentuan kesamaan
2
Ordinal
ada urutan tetapi tidak
ada perbedaan dan titik
awal
Penentuan lebih besar atau lebih kecil
3
Interval
Ada urutan dan
perbedaan tetapi tidak
ada titik awal
Penentuan kesamaan interval atau perbedaan
4
Rasio
Ada urutan, perbedaan,
dan titik awal
Penentuan kesamaan rasio



A.    SKALA PENGUKURAN

Tipe skala pengukuran terdiri atas:

1.        Skala Nominal

Merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, kelompok atau klasifikasi dari construct yang diukur dalam bentuk variabel. Skala nominal banyak digunakan dalam penelitian di bidang sosial dan bisnis. Jika kita menggunakan skala nominal, kita memisahkan sekelompok objek ke dalam sub kelompok atau kategori yang bersifat mutually exclusive dan collectively exhaustive. Mutually exclusive berarti tidak ada objek yang bisa masuk ke lebih dari sub kelompok atau kategori sedangkan collectively exhaustive berarti tidak ada objek yang tidak termasuk kategori. Skala nominal merupakan tipe skala pengukuran yang paling sederhana. Angka atau atribut yang digunakan dalam pengukuran hanya merupakan suatu nama untuk menyebutkan kategori atau kelompok variabel. Skala nominal, oleh karena itu juga dinamakan dengan skala kategoris. Nilai variabel skala nominal hanya menjelaskan kategori, tetapi tidak menjelaskan nilai peringkat, jarak atau perbandingan.

Berikut ini adalah contoh instrumen penelitian yang menanyakan identitas responden dengan skala nominal:

a.       Jenis Kelamin                         : 1  Pria              . Wanita

b.      Status perkawinan      :     Menikah        Tidak menikah   

c.       Agama                                    :     Islam              Katolik     Kristen       Budha             Hindu

2.        Skala Ordinal

Merupakan skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan kategori, tetapi juga menyatakan peringkat construct yang diukur. Skala ordinal mempunyai kelebihan dibandingkan dengan skala nominal, karena menyatakan ketegori dan peringkat, misal: A lebih berat dari B atau C lebih baik dari D, namun tidak menunjukkan jarak atau interval berapa selisih berat antara A dengan B atau seberapa baik antara C dibandingkan dengan D. Skala pengukuran ordinal mempunyai sifat sebagai berikut:

a.         Menggunakan bilangan atau tanda yang berfungsi sebagai simbol yang bisa membedakan. Sifat ini sama dengan sifat skala pengukuran nominal; dan

b.         Skala ordinal menunjukkan urutan atau peringkat.



Berikut ini adalah instrumen penelitian yang menggunakan skala pengukuran ordinal:

a.         Sebutkan peringkat urutan pilihan saudara terhadap masing-masing perguruan tinggi dengan menyatakan dalam bentuk angka 1 sampai dengan 5. Angka 1 menunjukkan tingkat pilihan yang pertama terhadap perguruan tinggi tersebut, demikian seterusnya sampai angka 5 yang menunjukkan tingkat pilihan yang terakhir.

…..... Universitas Sumatera Utara

…..... Universitas Islam Sumatera Utara

…..... Universitas Muhammadiyah

…..... Universitas Medan Area

…..... Universitas Negeri Medan

b.        Sebutkan peringkat urutan pilihan saudara terhadap wilayah pemasaran yang memungkinkan perluasan usaha dengan menyatakan dalam bentuk angka 1 sampai dengan 5. Angka 1 menunjukkan tingkat pilihan yang pertama terhadap wilayah tersebut, demikian seterusnya sampai angka 5 yang menunjukkan tingkat pilihan yang terakhir.

….....  Kabupaten Asahan

….....  Kabupaten Batubara

….....  Kabupaten Dairi

….....  Kabupaten Deli Serdang

….....  Kabupaten Labuhan Batu

3.        Skala Interval

Merupakan skala pengukuran yang menyatakan kaategori, peringkat, dan jarak construct yang diukur. Skala interval tidak hanya mengukur perbedaan subyek atau obyek secara kualitatif melalui kategorisasi dalam menyatakan urutan preferensi, tetapi juga mengukur jarak antara pilihan yang satu dengan yang lainnya. Skala Interval dapat memberikan informasi yang lebih dibandingkan dengan skala nominal dan skala ordinal karena mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain, yaitu berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian peneliti dapat melihat besarnya perbedaan karaktersitik antara satu individu atau obyek dengan lainnya. Untuk melakukan analisa, skala pengukuran ini menggunakan statistik parametrik. Skala interval dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai dengan 5 atau angka 1 sampai dengan 7. Skala pengukuran ini menggunakan konsep jarak atau interval yang sama (equality interval) karena skala ini tidak menggunakan angka nol (0) sebagai titik awal perhitungan. Nilai skala interval bukan angka absolut, misal jarak antara 1 dengan 2 sama dengan jarak antara 3 dengan 4. Contoh skala interval adalah suhu yang diukur dengan termometer. Jarak 50C dengan 100C sama dengan jarak 200C dengan 250C atau mempunyai sifat interval yang tetap.

Berikut ini adala contoh instrumen penelitian dengan menggunakan skala interval yang mengukur sikap terhadap pekerjaan:

Mohon Bapak/Ibu memberi tanggapan terhadap tiga (3)  butir pertanyaan berikut ini sesuai dengan persepsi Bapak/Ibu terhadap pekerjaan di tempat kerja dengan memilih (melingkari) salah satu diantara pilihan jawaban yang tersedia.


STS
TS
N
S
SS
1.      Pekerjaan yang saya lakukan mendorong saya untuk menjadi kreatif
1
2
3
4
5
2.      Pekerjaan saya merupakan pekerjaan yang membosankan
1
2
3
4
5
3.      Secara keseluruhan saya merasa puas dengan pekerjaan saya
1
2
3
4
5



Catatan :

STS = Sangat Tidak Setuju, 2. TS = Tidak Setuju, 3. N = Netral, 4. S =  Setuju, 5. SS =. Sangat Setuju

4.        Skala rasio

Merupakan skala pengukuran yang menunjukkan kategori peringkat, jarak dan perbandingan construct yang diukur. Skala rasio mengunakan nilai absolut, sehingga memperbaiki kelemahan skala interval yang menggunakan nilai relatif. Skala ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian akuntansi dan manajemen keuangan. Skala Rasio pada dasarnya, memiliki sifat seperti skala interval, tetapi skala ini memiliki nol mutlak yang dapat menunjukkan ketiadaan karakteristik yang diukur. Panjang, kecepatan dan berat merupakan contoh skala rasio. Melalui skala ini kita dapat menginterpretasikan perbandingan antar skor. Sebagai contoh, tinggi pohon 20 m adalah dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan pohon yang tingginya 10 m, kendaraan  yang melaju dengan kecepatan 60 km/ jam adalah dua kali lebih cepat dibanding kendaraan dengan kecepatan 30 km/ jam. Contoh lain, Berat Sari 35 Kg sedang berat Maya 70 Kg. Maka berat Sari dibanding dengan berat Maya sama dengan 1 dibanding 2.

Berikut ini adalah contoh lain dari pertanyaan penelitian yang menggunakan skala rasio:

a.       Berapa total penjualan bersih perusahaan Bapak/Ibu dalam setahun:

Kurang dari Rp. 500 juta

Antara Rp. 500 juta s/d Rp. 1 milyar

Lebih dari Rp. 1 milyar s/d Rp. 100 milyar

Lebih dari Rp. 100 milyar s/d Rp. 500 milyar

Lebih dari Rp. 500 milyar

b.      Berapa jumlah karyawan yang bekerja perusahaan Bapak/Ibu dalam setahun:

Kurang dari 50 orang

Antara 50 orang s/d 100 orang

Lebih dari 100 orang tetapi kurang dari 150 orang

Antara 150 orang s/d 200 orang

Lebih dari 200 orang

Gambar berikut ini menyajikan tipe-tipe pengukuran (kategori, peringkat, jarak dan perbandingan) dari construct berdasarkan skala nominal, ordinal, interval, dan rasio.

Skala
                                                   Tipe Pengukuran
Kategori
Peringkat
Jarak
Perbandingan
Nominal
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ordinal
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Interval
Ya
Ya
Ya
Tidak
Rasio
Ya
Ya
Ya
Ya





A.    KARAKTERISTIK PENGUKURAN YANG BAIK

Proses pengukuran mengggunakan suatu alat ukur. Alat ukur tersebut harus menghasilkan ukuran yang sesuai dengan karakteristik obyek sesungguhnya. Misalnya, jika kita akan mengukur tinggi badan maka alat ukur yang digunakan (katakanlah meteran) harus bisa mengukur secara tepat sesuai dengan tinggi orang yang diukur tinggi badannya. Di bidang ilmu alam, proses pengukuran tersebut relatif lebih pasti dan objektif dibandingkan di bidang ilmu sosial. Hal ini disebabkan alat ukurnya bersifat standar dan obyek pengamatannya bersifat nyata. Sebagai contoh, tekanan udara diukur dengan barometer, kecepatan dengan spedometer, tingkat keasamaan dengan PH-meter, dan sebagainya. Sedangkan pengukuran dalam ilmu sosial relatif sulit karena alat ukur yang akan digunakan sebagian besar harus dirancang oleh peneliti serta obyek pengukurannyapun relatif abstrak. Misalnya kita akan mengukur motivasi karyawan, bagaimana kita bisa mengukur bahwa seorang karyawan mempunyai motivasi tinggi atau rendah. Demikian juga pada saat mengukur sikap kepemimpinan, tingkat inovasi, adopsi teknologi, dan sebagainya.

Kesulitan-kesulitan pengukuran dalam ilmu sosial tersebut bisa menimbulkan perbedaan-perbedaan hasil pengukuran untuk setiap peneliti yang merancang sendiri alat ukur, atau disebut juga instrumen penelitian. Sangat mungkin terjadi perbedaan hasil pengukuran suatu obyek yang sama oleh peneliti yang berbeda karena tergantung pada alat ukur yang digunakan masing-masing. Sumber-sumber yang bisa menimbulkan perbedaan tersebut adalah faktor satuan pengamatan (misalnya responden yang asal-asalan atau tidak jujur mengisi kuisoner), faktor situasional (misalnya tekanan dari orang lain atau enggan diwawancara secara langsung), faktor pihak pengukur (misalnya si pewawancara tidak komunikatif atau terlalu bertele-tele), serta faktor instrumen penelitian atau alat ukur (misalnya redaksi membingungkan atau bisa menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda).

Perbedaan-perbedaan hasil pengukuran menunjukkan bahwa alat ukur tersebut ada yang baik dan ada yang buruk. Bagaimana kita bisa mengevaluasi baik tidaknya alat ukur tersebut? Secara umum terdapat tiga karakteristik yang digunakan untuk menilai baik tidaknya proses pengukuran, yaitu validitas (validity), reliabilitas (reliability), dan kepraktisan (practicality).

1.      Validitas

Validitas secara umum adalah mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam kontek ini adalah sejauh mana perbedaan yang didapatkan melalui alat pengukur mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya diantara responden yang diteliti. Menurut Emory dan Cooper (1991) validitas pengukuran dalam ilmu sosial dikelompokkan dalam dalam 2 bentuk, yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal menunjukkan kemampuan pengukuran untuk diterapkan secara umum pada berbagai obyek, tempat, dan waktu pengukuran. Sedangkan validitas internal berkaitan dengan kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa yang ingin diukur. Suatu klasifikasi validitas pengukuran yang diterima secara umum terdiri dari tiga bentuk utama, yaitu:

Ø  Validitas isi. Validitas isi suatu instrumen pengukur adalah sejauh mana instrumen ini mencakup topik penelitian dan jika instrumennya mengandung suatu sampel yang dapat mewakili populasi dari subyek yang diteliti.

Ø  Validitas berkaitan dengan kriteria. Bentuk validitas ini mencerminkan keberhasilan ukuran-ukuran yang dipakai untuk prediksi atau estimasi.

Ø  Validitas konstruk. Validitas konstruk berkaitan dengan konstruksi atau konsep bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas konstruk merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang ingin diukur.

2.      Keandalan

Keandalan (reliabiltas) menunjukkan konsistensi pengukuran yang dilakukan yang meliputi stabilitas (stability), ekuivalen/kesamaan (equivalence), dan konsistensi internal (internal consistency). Reliabilitas ini sangat erat kaitannya dengan ketepatan dan ketelitian pengukuran. Pengukuran dikatakan stabil jika pengukuran pada sebuah obyek dilakukan berulang-ulang pada waktu yang berbeda menunjukkan hasil yang sama, dikatakan ekuivalen jika pengukuran menunjukkan hasil pengukuran yang sama jika dilakukan peneliti lain atau memakai contoh item lain dengan bentuk-bentuk alternatif dari pengukuran, serta dikatakan konsisten internal jika item-item atau indikator yang digunakan adalah konsisten satu sama lain.

3.      Kepraktisan

Persyaratan ketiga adalah pengukuran harus bisa diterapkan secara praktis atau mudah dilaksanakan di lapangan. Kepraktisan bisa ditinjau dari sudut ekonomi (biaya dan waktu), kemudahan administrasi atau pengelolaannya (mudah dipakai), serta hasil yang mudah diinterpresikan oleh pihak lain atau dengan kata lain dapat dimengerti.



B.     METODE PENGUKURAN SIKAP

Konstruk sikap sering digunakan dalam penelitian-penelitian bisnis. Menurut George J. Mouly (1967), komponen sikap dapat dijelaskan melalui tiga dimensi, yaitu afektif, merefleksikan perasaan atau emosi seseorang terhadap suatu obyek, kognitif, menunjukkan kesadaran seseorang terhadap pengetahuan mengenai objek tertentu, dan komponen prilaku-prilaku (behavioral), menggambarkan suatu keinginan-keinginan atau kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan tertentu terhadap objek sikap.

Berikut ini metode-metode yang sering digunakan dalam pengukuran konstruk sikap, yaitu: Skala Sederhana, Skala Kategori, Skala Likert, Skala Guttmun, Skala Perbedaan Semantis, Skala Numeris, Skala Grafis, dan Rating Scale.

1.      Skala Sederhana

Metode pengukuran sikap yang paling sederhana dengan menggunakan skala nominal, misal setuju, atau tidak setuju, ya atau tidak. Tipe ini digunakan terutama jika kuisioner penelitian berisi relatif banyak butir pertanyaan, tingkat pendidikan responden rendah, atau alasan yang lain.

 Contoh:

Berilah tanggapan mengenai tugas-tugas ditempat kerja Anda dengan memberi tanda x pada jawaban:

Ya                 : jika menggambarkan pekerjaan Anda

Tidak             : jika tidak menggambarkan pekerjaan Anda

?                    : jika Anda tidak dapat memutuskan

a.         Menarik              ya                    tidak                ?

b.        Memuaskan        ya                    tidak                ?

c.         Menantang         ya                    tidak                ?

d.        Rutin                 ya                    tidak                ?

e.         Bermanfaat        ya                    tidak                ?



2.      Skala Kategori

Skala Kategori merupakan metode pengukuran sikap yang berisi beberapa alternatif pendapat yang memungkinkan bagi responden untuk memberikan alternatif penilaian. Skala ini pada dasarnya merupakan perluasan skala sederhana yang memberikan lebih banyak informasi sehingga mengukur lebih sensitif dimensi konstruknya.





Berikut ini adalah contoh skala kategori yang digunakan untuk mengukur sikap responden.

a.      Menurut Anda, penggunaan teknologi komputer membuat pekerjaan Anda?

Sangat menarik

Menarik

Netral

Kurang menarik

Tidak menarik

b.      Bagaimana pelayanan staf penjualan perusahaan pemasok yang selama ini menjadi mitra kerja perusahaan Bapak/Ibu?

Sangat memuaskan

Memuaskan

Sedang

Kurang memuaskan

Tidak memuaskan



3.      Skala Likert

Skala Likert merupakan metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial dengan menyatakan setuju atau ke-tidaksetujuan-nya terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu. Metode yang paling sering digunakan ini dikembangkan oleh Rensis Likert sehingga dikenal dengan nama Skala Likert. Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata. Skala Likert umumnya menggunakan lima angka penilaian, yaitu: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) netral, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju. Alternatif angka penilaian dalam skala ini dapat bervariasi dari 3 sampai dengan 9. Instrumen penelitian yang menggunakan skala





Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan ganda seperti contoh berikut ini:

a.       Contoh bentuk checklist,

Pertanyaan
                    Jawaban
SS
(1)
S
(2)
N
(3)
TS
(4)
STS
(5)
Ditempat saya bekerja keputusan-keputusan yang penting sering dibuat oleh individual daripada kelompok








Catatan :

STS = sangat tidak setuju, TS = tidak setuju, N = netral, S =  setuju, SS = sangat setuju

b.      Contoh bentuk pilihan ganda,

Atasan langsung saudara sangat mendukung penggunaan teknologi komputer untuk melaksanakan tugas-tugas pokok saudara

(1).      Sangat Tidak Setuju

(2).      Tidak Setuju

(3).      Tidak Pasti

(4).      Setuju

(5).      Sangat Setuju



4.      Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini merupakan skala kumulatif. Jika seseorang menyisakan pertanyaan yang berbobot lebih berat, ia akan mengiyakan pertanyaan yang kurang berbobot lainnya. Skala Guttman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variable yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga scalogram yang sangat baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang diteliti, yang serring disebut dengan atribut universal. Pada skala Guttman terdapat beberapa pertanyaan yang diurutkan secara hirarki untuk melihat sikap tertentu seseorang. Jika seseorang menyatakan tidak pada pernyataan sikap tertentu dari sederetan pernyataan itu, ia akan menyatakan lebih dari tidak terhadap pernyataan berikutnya. Jadi, skala Guttman ialah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Misalnya; Yakin – tidak yakin, ya – tidak, benar – salah, setuju – tidak setuju, dan lain sebagainya. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau ratio dikotomi (dua alternative yang berbeda). Penelitian menggunakan skala Guttman apabila ingin mendapatkan jawaban jelas (tegas) dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang dipertanyakan.

Berikut ini contoh pengukuran dengan menggunakan Skala Guttman:

a.       Bagaimana pendapat anda, bila teman anda menjabat sebagai pimpinan perusahaan?

(1). Setuju

(2). Tidak setuju

b.      Pernahkan pimpinan anda melakukan pemeriksaan di ruang kerja anda?

(1). Tidak Pernah

(2). Pernah



5.      Skala perbedaan sematik

Skala perbedaan semantis merupakan metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian lima atau tujuh butir yang menyatakan secara verbal dua kutub (biopolar) penilaian yang ekstrem. Skala ini bentuknya bukan pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinu dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic differential adalah data interval. Penggunaan skala perbedaan semantik dapat dilihat dari contoh dibawah ini:

Berikan penilaian saudara atas produk X dengan memberikan tanda pada ruang yang tersedia. Jawaban saudara menunjukkan seberapa dekat penilaian saudara dari kedua alternatif jawaban yang bersifat ekstrem

Bagus
Jelek
Suka
Tidak Suka
Menguntungkan
Tidak Menguntungkan
Positif
Negatif





6.      Skala Numeris

Skala Numeris merupakan metode yang terdiri atas 5 atau 7 alternatif nomor untuk mengukur sikap responden terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu. Skala numeris pada dasarnya tidak berbeda dengan skala perbedaan semantis, karena juga menggunakan dua kutub penilaian yang ekstrem diantara alternatif nomor.

Contoh :

Berilah penilaian saudara atas pertanyaan berikut ini dengan melingkari altarnatif nomor yang tersedia. Jawaban saudara menunjukkan seberapa dekat penilaian saudara dari kedua alternatif jawaban yang bersifat ekstrem.

Seberapa besar wewenang didelegasikan kepada para manajer untuk masing-masing kelompok keputusan berikut ini.

a.         Pengembangan produk baru



1          2          3          4          5          6          7

Tidak ada                                                                                             Didelagasikan

Pendelegasian                                                                                       Sepenuhnya




b.         Pengalokasian anggaran



1          2          3          4          5          6          7

Tidak ada                                                                                    Didelagasikan

Pendelegasian                                                                              Sepenuhnya











c.         Penentuan investasi dalam jumlah besar



1          2          3          4          5          6          7

Tidak ada                                                                                    Didelagasikan

Pendelegasian                                                                              Sepenuhnya




7.      Skala Gafis

Skala grafis merupakan metode pengukuran sikap yang disajikan dalam bentuk grafis atau gambar. Metode ini menyatakan penelitian responden terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu dengan titik atau angka tertentu yang terletak di dalam gambar atau grafik penilaian.

Contoh :

a.         Berilah penilaian terhadap gaya kepemimpinan atasan saudara sekarang dengan memberikan tanda pada ruang yang tersedia dalam gambar penilaian berikut ini.



10                                            Sangat Baik






5                                              Cukup






1                                              Sangat Jelek



b.        Bagaimana menurut penilaian saudara terhadap metode pemasaran yang diterapkan oleh perusahan saudara selama ini. Lingkarilah pada alternatif nomor pada gambar berikut ini.



1            2           3           4          5            6          7           8           9        10

 




Sangat Efisien                                                                      Sangat Tidak Efisien

dan Efektif                                                                             dan Tidak Efektif

8.      Skala Rating

Data-data skala yang diperoleh melalui pengukuran skala yang dikemukakan di atas adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan skala rating, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam skala rating responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Skala rating lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam skala rating, yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden.

Contoh:

Seberapa baik data ruang kerja yang ada di Perusahaan anda?

Berilah jawaban dengan angka:

1.        Bila tata ruang itu sangat tidak baik

2.        Bila tata ruang itu kurang baik

3.        Bila tata ruang itu cukup baik

4.        Bila tata ruang itu sangat baik

Jawablah dengan melingkari nomor jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya!

No.
Pertanyaan
Interval Jawaban
1.
Penataan meja kerja sehingga arus kerja menjadi pendek.
1
2
3
4
2.
Pencahayaan alam tiap ruangan.
1
2
3
4
3.
Pencahayaan buatan/listrik tiap ruang sesuai dengan kebutuhan.
1
2
3
4
4.
Warna lantai sehingga tidak menimbulkan Pantulan cahaya yang dapat mengganggu pegawai.
1
2
3
4
5.
Sirkulasi udara setiap ruangan.
1
2
3
4
6.
Keserasian warna alat-alat kantor, perabot dengan ruangan.
1
2
3
4
7.
Penempatan lemari arsip.
1
2
3
4
8.
Penempatan ruangan pimpinan.
1
2
3
4
9.
Meningkatkan keakraban sesama pegawai.
1
2
3
4
10.
Kebersihan ruangan.
1
2
3
4



C.      PEMILIHAN SKALA

Konsep-konsep (konstruk) di bidang penelitian bisnis sering rumit dan abstrak, sementara peralatan pengukur yang tersedia kurang begitu cermat. Kita menginginkan pengukurannya yang valid, tetapi yang diperoleh adalah sesuatu antara skor sebenarnya dengan skor tes. Bilamana objeknya merupakan konsep yang konkrit dan peralatan pengukur adalah baku, maka variasi antara skor sebenarnya dan skor tes akan kecil.

Pembuatan skala merupakan suatu prosedur pemberian angka-angka (atau simbol-simbol lain) kepada sejumlah ciri objek-objek dengan maksud untuk menyatakan karakteristik angka pada ciri-ciri tersebut.

Enam isu yang mempengaruhi pemilihan skala, yaitu:

1.      Tujuan penelitian

Suatu skala dapat didesain untuk (1) mengukur karakteristik para responden yang menjawabnya atau untuk (2) memakai responden-responden ini sebagai penilai dari objek atau stimulus yang diberikan kepada mereka.

2.      Skala respon

Skala dapat dikelompokan sebagai kategori dan perbandingan. Skala kategori dipakai bilamana responden menilai suatu objek tanpa rujukan langsung pada objek-objek lain, misalnya responden diminta untuk menskor gaya mobil baru berdasarkan skala dengan lima butir. Sedangkan dalam skala perbandingan, responden diminta utnuk memilih mana dari antara dua mobil yang mempunyai gaya lebih menarik.

3.      Tingkat preferensi

Pendekatan kepada pembuatan skala dapat juga mencakup pengukuran preferensi atau penilaian nonpreferensi. Pengukuran preferensi, para responden diminta untuk memilih hal atau pemecahan masalah yang disukainya. Sedangkan pengukuran nonpreferensi, responden diminta untuk menilai objek mana memiliki lebih banyak ciri-ciri tertentu atau penyelesaian mana memakai lebih banyak sumber daya, tanpa mencerminkan preferensi pribadi kepada objeknya atau penyelesaiannya.



4.      Ciri-ciri skala

Pendekatan pembuatan skala dapat juga dipandang menurut ciri-ciri skala yang dimiliki masing-masing, dimana skala dapat digolongkan ke dalam nominal, ordinal, interval, atau rasio. Asumsi-asumsi yang mendasari masing-masing skala menentukan bagaimana skala tersebut dapat dipakai secara statistik.



5.      Jumlah dimensi

Skala dapat berdimensi satu atau berdimensi banyak. Pada skala berdimensi satu, kita harus berusaha untuk mengukur hanya satu sifat dari responden atau objek sedangkan skala berdimensi banyak memungkinkan suatu objek digambarkan dengan lebih baik dalam ruang sifat berdimensi ketimbang dengan suatu rangkaian kesatuan berdimensi satu.

6.      Pembetukan skala

Kita dapat mengelompokkan skala menurut metode-metode dengan mana skala tersebut dibuat. Ada lima teknik desain skala, yaitu:

a.       Pendekatan arbitrer

Skala arbitrer dibentuk oleh pilihan subjektif butir-butir oleh peneliti. Skala ini mudah dikembangkan, tidak mahal, dan dapat didesain agar sangat khusus. Informasi yang diberikan adalah berguna dan cukup jika dikembangkan dengan baik. Skala ini memiliki juga kelemahan. Pendekatan desainnya adalah subjektif. Jika logikanya baik, maka skalanya baik. Satu-satunya jaminan bahwa butir-butir yang dipilih merupakan sampel yang representatif dari populasi secara keseluruhan adalah pandangan dan kemampuan peneliti. Kita tidak mempunyai bukti bahwa semua butir akan dipandang oleh responden dari sudut rujukan yang sama.

b.      Skala konsensus

Skala berdasarkan konsensus memerlukan butir-butir yang dipilih oleh suatu panel penilai yang menilainya berdasarkan relevansi kepada topiknya, kemungkinan ambigu, dan tingkat sikap yang diwakilinya. Butir-butir yang dinilai terbaik kemudian dimasukkan ke dalam instrumen akhir.

c.       Pendekatan analisis butir

Prosedur analisis butir mengevaluasi suatu butir atas dasar sejauh mana butir tersebut dapat membedakan orang-orang yang skor totalnya tinggi dengan mereka yang skor totalnya rendah. Skala-skala yang dijumlahkan terdiri dari pernyataan-pernyataan yang menyatakan sikap setuju atau tidak setuju terhadap objek yang bersangkutan. Responden diminta untuk menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap setiap pernyataan. Setiap respon diberi suatu skor bilangan untuk mencerminkan tingkat-tingkat kesetujuan, dan skornya dijumlahkan untuk mengukur sikap responden.

d.      Skala kumulatif

Pada skala kumulatif bisa diduga bagaimana seseorang responden menjawab butir-butir individual dengan mengetahui skor total. Butir-butir berkaitan satu sama lain, pada dimensi sikap tertentu, sehingga jika seseorang menyetujui suatu butir yang lebih ekstrim, maka ia juga akan menyetujui butir-butir yang menyatakan pandangan yang kurang begitu ekstrim.

e.       Skala faktor

Skala faktor mencakup berbagai teknik yang telah digunakan untuk 2 permasalahan, yaitu bagaimana menghadapi populasi yang multidimensi dan bagaimana mengungkapkan dimensi yang tersembunyi (belum dikembangkan) yang belum diketahui. Teknik-teknik ini didesain untuk menginterkorelasikan butir-butir agar tingkat saling ketergantungannya dapat diketahui.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

KRITERIA-KRITERIA SEORANG PENELITI

Kriteria-Kriteria Seorang Peneliti Menurut Whitney (1960), bahwa ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang peneliti antara lain sebagai berikut : 1. Daya nalar Seorang peneliti harus memiliki daya nalar yang tinggi, yaitu dapat memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif maupun secara deduktif. 2. Orisnalitas Seorang peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan kreatif. Peneliti harus cemerlang, mempunyai inisiatif yang terencana, serta harus penuh dengan ide yang rasional dan menghindari peniruan atau jiplakan. 3. Daya ingat Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan logis, serta dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta. 4. Kewaspadaan Peneliti harus secara cepat dapat melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi atas suatu variabel atau sifat suatu fenomena. Dia harus sigap dan mempunyai penglihatan yang tajam, serta tanggap (responsif) terhadap segala perubahan dan kelainan.

PENGERTIAN PENELITIAN DAN TUJUAN PENELITIAN

Pengertian Penelitian dan Tujuan Penelitian Pengertian Penelitian bisa dikatakan adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Para ahli pun telah banyak memberikan pengertian atau definisi penelitian, beberapa diantaranya sebagai berikut: Hill Way: Penelitian adalah suatu metode studi yang bersifat hati-hati dan mendalam dari segala bentuk fakta yang dapat dipercaya atas masalah tertentu guna membuat pemecahan masalah tersebut. Winarno Surachmad: Penelitian adalah kegiatan ilmiah mengumpulkan pengetahuan baru dari sumber-sumber primer, dengan tekanan tujuan pada penemuan prinsip-prinsip umum, serta mengadakan ramalan generalisasi di luar sampel yang diselidiki. Soetrisno Hadi: Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan